Layang-layang berasal dari Asia dan kemungkinan ditemukan di China kira-kira 3000 tahun yang lalu. Menerbangkan layang-layang tentu juga telah berkembang secara tersendiri di antara kepulauan Micronesia di Pasifik Selatan. Dari China, rahasia pembuatan layang-layang secara cepat menyebar ke Korea, Jepang, Malaysia dan India, di mana layang-layang masih sangat populer hingga saat ini. Tidak begitu jelas kapan layang-layang muncul pertama kali di Eropa, diduga juga diperkenalkan pada orang-orang Yunani kuno. Layang-layang sudah pasti dipakai pada saat perang Hastings tahun 1066, di saat benang layang-layang mengudara sebagai tanda peperangan. Layang-layang dikenal dengan sebutan kite, nama KITE sendiri dalam Bahasa Inggris diambil dari nama burung pemangsa yang anggun dan lemah gemulai kepak sayapnya saat terbang.
Di Asia, layang-layang kerap kali berkaitan dengan upacara keagamaan atau kepentingan agama. Banyak layang-layang China dibuat berwujud naga dari cerita rakyat. Bentuk tradisional lainnya seperti burung, kupu-kupu, bahkan kelabang. Di Malaysia, menerbangkan layang-layang di atas rumah pada malam hari dipercaya dapat menjauhkan roh jahat. Di Korea, nama bayi yang baru lahir sering dituliskan pada layangan, lalu diterbangkan dan dibiarkan terlepas sendiri. Orang Korea percaya bahwa layang-layang tersebut membawa roh jahat yang ikut menghadiri kelahiran sang bayi. Bagi yang menemukan layang-layang tersebut dianggap akan membawa petaka. Tahun 169 SM, seorang jenderal Cina disebutkan pernah memerintahkan seorang prajurit menaiki layang-layang untuk memantau musuh dan memperkirakan berapa panjang terowongan bawah tanah yang diperlukan untuk mencapai tembok sebuah kota yang sedang dikepung.